Catatan Diplomasi Jokowi Menjalankan Konstitusi dan Mengangkat Kehormatan Politik Luar Negeri Indonesia

2 Juli 2022, 22:11 WIB
Kunjungan luar negeri, Presiden Joko Widodo menuju Ukraina / Foto: Dok. Setpres /

Penulis: Andi Zulkarnain

*Akademisi/Peneliti Sosok Joko Widodo

PRESIDEN JOKOWI telah menjalankan amanat pendiri negeri yang tercantum dalam konstitusi

Sebagai presiden dengan konstitusi yang mewajibkan siapapun presidennya untuk memimpin agenda menciptakan ketertiban dunia.

Jika perang ini terus berlanjut, maka semakin banyak anak yang akan melewati tahap emas pertumbuhannya dalam suasana yang penuh teror, banyak negara yang akan menghadapi krisis pangan dan energi karena Rusia dan Ukraina merupakan pemasok penting pada kedua kebutuhan dasar tersebut.

Beberapa bulan lagi musim salju akan datang, tanpa pasokan energi yang cukup, maka penduduk di negara lain, termasuk di negara maju pun akan terancam mati. Mati bukan karena perang secara langsung, tapi karena membeku kedinginan. Kedinginan yang disebabkan oleh rantai pasokan energi yang terhenti karena perang.

Presiden Jokowi telah menjalankan tugas politik luar negerinya dengan sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.

Sebagai manusia. Beliau telah berusaha mendamaikan dua kelompok manusia yang bertikai.

Dengan kewenangan tertingginya untuk mewakili negara besar dengan 273 juta jiwa, serta secara simbolik sebagai Presidensi G 20 telah ikut bersikap dan bertindak bahwa perang itu tidak baik, kita harus berdamai agar lebih baik, dan siap menjadi jembatan agar ada gerak dari titik tidak baik menuju titik baik tersebut.

Untuk sikapnya itu, bukan hanya berakibat pengorbanan tenaga, beberapa agenda tertunda, tapi lebih jauh berpotensi kehilangan nyawa. Karena medan perang memiliki hukumnya sendiri.

Presiden Jokowi bisa saja merasa cukup untuk menyampaikan himbauannya atas peran Rusia-Ukraina dari ruangan istana. Itu lebih aman, lebih murah dan lebih mudah.

Selanjutnya, himbauannya bisa didengar, bisa juga tidak. Namun yang lebih tinggi dari itu semua adalah beliau telah mengajarkan tentang bagaimana cara kerja politik nonblok, tentang bagaimana menjadi tuan rumah yang baik, serta bagaimana menjadi pemimpin yang adil di komunitas internasional, seperti G-20.

Beliau telah memberi contoh kepada 200-an kepala negara di dunia bahwa derita Ukraina adalah derita manusia. Semua harus terlibat aktif untuk mengakhiri derita tersebut.

Selanjutnya, beliau telah mengajarkan bahwa memang yang membedakan pemimpin dengan orang biasa adalah keberaniannya untuk mengambil resiko, termasuk resiko kehilangan nyawa.

Ini bukan yang pertama. Ketika banyak orang yang meragukan keamanan vaksin Covid-19, beliau sebagai kepala negara bersedia divaksin pertama kali dan ditayangkan secara langsung di televisi.

Ketika saya menceritakan hal itu kepada orang asing, mereka sangat kaget karena itu terlalu beresiko bagi seorang kepala negara. Di negaranya, cukup wakil menteri kesehatan yang yang tampil sebagai contoh, katanya.

Ketika di suatu waktu orang meragukan keamanan di Papua. Beliau ke sana meninjau proyek pembangunan jalan Trans Papua dengan naik motor trail.

Dalam riset saya tentang fenomena politik Jokowi, termasuk saat berdiskusi langsung dengan ibunda beliau di rumahnya di Solo, saya menemukan beberapa catatan, dari mana beliau menemukan nyali di atas rata-rata tersebut. Nyali tersebut merupakan satu “koenci” yang membedakannya dengan ribuan politisi lainnya.

Hanya konon tidak semua hal harus dibahas di medsos.

Sekian!.***

Editor: Asran

Tags

Terkini

Terpopuler