Video Viral, harga Sawit Anjlok, Petani Ramai-ramai Jual ke Malaysia!

- 5 Juli 2022, 13:32 WIB
foto tangkapan layar sawit di atas perahu
foto tangkapan layar sawit di atas perahu /Sumber Foto: tiktok

SUARASOPPENG - Petani sawit mengeluhkan harga yang semakin menurun sementara jumlah produksi sawit semakin meningkat.

Keadaan tersebut memaksa para petani sawit mengambil langkah demi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Petani sawit terpaksa harus menjual hasil sawitnya ke negara tetangga yakni Malaysia.

Baca Juga: Eks Presiden ACT Diduga Gunakan Donasi Masyarakat Untuk Kepentingan Pribadi!

Sebab, harga tanda Buah Segar (TBS) di Indonesia mengalami penurunan hanya dikisaran Rp. 1.200 perkilo.

Sementara di negara tetangga, Malaysia dijual dengan harga Rp.4.500 perkilonya.

Penjualan sawit ke Malaysia ini terlihat dari unggahan video dimedia sosial milik @majelisko yang memperlihatkan antrian truk pengangkut sawit.

Tidak hanya itu, juga terlihat rangkaian kapal tongkang kecil yang tengah mengangkut sawit.

Video reel itu memuat 2 video diberi caption "Harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit di Indonesia Anjlok, Petani ramai-ramai jual sawit ke Malaysia. Masih sibuk copras capres?"

Baca Juga: Kepulauan Hitam atau Melanesia, Ada di Indonesia?

"OTW Malaysia guys, harga 5.000. Pusing kepala. Harga cuma 1.006, 1.005. Kita langsung ke Malaysia, nggak cakap banyak. Kita pokoknya pusing Malaysialah," begitu suara pria di video pertama, dikutip Senin (4/7/2022).

"Hari ini kita mau bawa buah ke Malaysia, kita bawa hari ini 30 ton. Soalnya harga di Indonesia seperti kata-kata Indra Kenz, 'wah murah banget,"begitu suara pria di video kedua.

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kalimantan Barat Indra Rustani membenarkan adanya aksi jual sawit oleh petani Indonesia ke Malaysia.

Petani, ujarnya, terpaksa mengambil langkah tersebut karena anjloknya harga TBS di Indonesia. Di sisi lain, imbuh dia, ada tuntutan ekonomi yang harus dipenuhi petani.

"Ini sudah sejak sebulan lalu ada penjualan lintas batas. Karena petani sudah tak bisa lagi menahan diri, dijual di Indonesia harganya Rp1.200 sementara ongkos ke Sintang sudah lebih tinggi. Kalau ke Malaysia harganya sekitar 1.400 ringgit atau sekitar Rp4.000 lebih," kata Indra.

Baca Juga: The Kalong Khalaq Rilis Film Wija Arung

Dia menjelaskan, penjualan dilakukan di titik perbatasan Indonesia dan Malaysia.

"Untuk akses masuk ke Malaysia, 'adu pantat' truk, truk Malaysia dimuat, mereka minta ongkos 150 ringgit, lalu dibawa menuju PKS di ladang-ladang mereka. Ini terpaksa dilakukan karena urusan perut,"kata Indra.

Hal senada disampaikan Ketua Umum APKASINDO Gulat Manurung. Dia mengatakan, aksi menjual TBS oleh petani ke Malaysia memang terjadi di lapangan dan sudah berlangsung selama beberapa waktu terakhir. Petani menjual TBS lewat jalur darat maupun sungai.

Baca Juga: Dihadapan FORDEKIIS, Prabowo Subianto Sampaikan Pentingnya Ketahanan Nasional

"Benar, begitu faktanya di lapangan. Petani terpaksa menjual sawitnya ke Malaysia, ini pilihan yang harus diambil,"katanya.

"Kelaparan atau jual TBS ke Malaysia. Situasi saat ini menuntut petani memilih, karena kalau dijual di Indonesia yang ada itu rugi,"sambung gulat.

Jika petani di Kalimantan Barat menggunakan jalur darat. petani Kalimantan Utara memanfaatkan jalur sungai. Menjual TBS hasil panennya dengan menggunakan kapal tongkang keci.

Ketua APKASINDO Kalimantan Utara Suhendrik mengakui, aksi petani tersebut berbahaya dan bisa terancam hukum.

Baca Juga: Luwu Utara Siap Dampingi Istri Petani Wujudkan Produktivitas Kakao

Hanya saja, dia menambahkan, petani tidak memiliki pilihan.

"Petani di sana cuma punya penghasilan dari sawit. Memang berisiko tinggi juga tapi mau nggak mau harus jual ke Malaysia. Aparat di sana pun sudah mengerti, itulah faktanya. Apalagi di Sebatik, nggak ada penghasilan lain. Sementara, harga sawit hanya Rp800 per kg,"kata Suhendrik.

Dengan harga yang sangat rendah, sementara di Malaysia bisa terjual Rp4.500 per kg, imbuh dia, bahaya tidak lagi jadi soal.

"Dijual lewat jalur sungai dengan pakai kapal tongkang kecil. Ini tuntutan ekonomi, sementara di Malaysia harganya bisa lebih tinggi,"sambungnya.

"Sekali pun berat. Ini sudah terjadi beberapa bulan terakhir. Nggak pakai dokumen ekspor,"pungkas Suhendrik.***

 

Editor: Silmi Akhsin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah