SUARA SOPPENG -- Pengamat Politik dan Pemerintahan Jajat Nurjaman menilai wacana terkait dengan menduetkan pasangan capres-cawapres 2024 antara Menhan Prabowo sebagai capresnya dan Jokowi sebagai cawapresnya dinilai akibat adanya pihak yang tidak senang melihat kinerja Menhan Prabowo di pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.
“Secara politis tentu saja dengan melihat seringnya momen kebersamaan yang ditunjukan oleh Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo ini membuat beberapa pihak kurang senang apalagi pak Prabowo merupakan salah satu kandidat capres 2024, bahkan mengingat wacana menduetkan Prabowo-Jokowi dalam pilpres 2024 yang akan datang tersebut selain tidak logis dan hanya merupakan gimmick politik yang kemungkinan kurang senang melihat kedekatan diantara keduanya”, tutur Jajat, Jumat, 16 September 2022
Menurut Jajat, mendapat dukungan politik dari Jokowi bagi capres 2024 tentu saja akan sangat menguntungkan selain akan menambah kekuatan politik yang besar, Jokowi juga dikenal mempunyai para pendukung yang loyal.
Baca Juga: Prabowo Siapkan Masterplan Pertahanan Negara Sesuai Arahan Presiden
Namun, di sisi lain mengingat Jokowi masih merupakan kader dari PDIP dan berpotensi besar akan mengusung capresnya sendiri, agar terhindar dari konflik kepentingan pilpres ini bisa saja Jokowi pada akhirnya memilih netral dan membebaskan relawannya untuk memilih seperti yang dilakukan SBY pada pilpres 2014 yang lalu.
“Secara eksplisit memang tidak disebutkan bahwa Jokowi dilarang maju sebagai cawapres 2024, namun adanya aturan terkait bilamana Presiden mangkat dan digantikan oleh wapresnya hal ini tentu saja akan menjadi masalah baru apalagi Jokowi sudah merupakan Presiden 2 periode, saya kira gimmick politik semacam ini jelas mempunyai motif tertentu diantaranya bertujuan untuk membuat hubungan keduanya renggang”, tutup Jajat
***