Network
SUARA SOPPENG -- Turun gunungnya Presiden ke 6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan kembali berduet dengan Jusuf Kalla (JK) yang bertindak sebagai king maker pilpres 2024 mengindikasikan bahwa pertarungan politik Pilpres 2024 tersebut hampir dipastikan akan menjadi ajang nostalgia politik antara persaingan SBY-JK vs Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Hal itu disampaikan pengamat politik, Jajat Nurjaman kepada SUARA SOPPENG melalui keterangan tertulisnya, Selasa, 10 Januari 2022.
“Situasi politiknya saat ini hampir sama dengan 2024 dimana PDIP menjadi partai penguasa, sementara kubu SBY-JK berada diluar pemerintahan, sebaliknya yang menarik adalah kehadiran Ketum Gerindra Prabowo Subianto ditegah persaingan tersebut yang juga maju sebagai capres , secara kebetulan juga menjadi salah satu aktor politik yang terlibat persaingan pilpres sejak 2009, sehingga semakin menambah pertarungan antar elit poltik lawas ini” tutur Jajat.
Baca Juga: Amran Mahmud Siapkan Enam Pos Pengungsian Warga Terdampak Bencana Hidrometeorologi
Jajat menambahkan, siapapun kandididat yang diusung nantinya yang jelas tidak akan terlepas dari persaingan diantara ellit parpol yang sama-sama pernah menjadi bagian kekuasaan ini, sebaliknya yang menarik adalah apakah bu Megawati akan kembali menggandeng pak Prabowo sebagai rekan koalisinya atau tidak, karena melihat posisi politiknya saat ini tentu saja berbeda dengan saat pilpres 2009 yang lalu.
Baca Juga: Doa Netizen Untuk Prabowo Subianto Usai Dampingi Presiden Jokowi Sambut PM Malaysia
“Pemilu dan Pilpres 2024 bisa dikatakan merupakan ajang pertarungan politik penting apakah SBY-JK akan kembali mengulang masa kejayaannya atau sebaliknya, yang jelas posisi pembeda adalah kehadiran poros pak Prabowo yang juga patut diperhitungkan”, tutup Jajat.
Baca Juga: Anggaran Infrastruktur Jalan Tetap Jadi Prioritas Amran Mahmud
