Novita Wijayanti Sebut Rendahnya Daya Beli Masyarakat jadi Isu Permasalahan Perumahan Yang Perlu disiasati

29 Juni 2022, 09:05 WIB
Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, Hj. Novita Wijayanti / Istimewa /

SUARA SOPPENG -- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Hj. Novita Wijayanti, mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara berkembang yang masih banyak sekali elemen perkotaan yang harus dikembangkan. 

Salah satunya adalah perumahan dan permukiman. Perumahan dan permukiman di Indonesia saat ini menjadi salah satu permasalahan yang sangat mendesak. 

Menurut Anggota DPR RI asal Cilacap ini bahwa, Permasalahan perumahan dan pemukiman merupakan permasalahan yang parallel, permasalahan yang saling merambat dan terkoneksi satu sama lain. 

Baca Juga Bertia Terbaru : Jarak Tempuh 6 Jam ke Tanah Suci, Aceh Diusulkan Jadi Satu-satunya Embarkasi Jemaah Haji

permasalahan kedua disebabkan oleh permasalahan pertama, permasalahan ketiga disebabkan oleh permasalahan kedua, dan seterusnya. 

Sehingga kita tidak bisa benar – benar memfokuskan diri untuk meninjau satu permasalahan saja, karena satu permasalahan tersebut saling berkaitan dengan permasalahan lain.

“Permasalahan yang penting pada sektor perumahan dan permukiman di Indonesia ini adalah daya beli. Dengan daya beli masyarakat yang rendah, menjadikan perumahan dan permukiman di Indonesia menjadi tidak tertata dengan baik, “ kata Anggota Komisi V ini, Selasa, 28 juni 2022

Baca Juga: Temui Wakil Ketua MPR, Dubes Australia: Kami Komitmen Bantu Tangani PMK di Indonesia 

Dia menyampaikan bahwa daya beli dan harga jual ini dipengaruhi dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat bekerja di pusat kota atau di ibukota yaitu Jakarta. 

Baca Juga: Bone Gagal Melaju ke Final Dalam Lomba Musabaqah Fahmil Qur'an

“Masyarakat akan lebih memilih untuk tinggal di lokasi yang dekat dengan segala hal yang mereka butuhkan sehari – hari,” paparnya.

Sehingga banyak masyarakat yang rela untuk lebih baik tinggal di rumah yang tidak layak dari segi ukuran dan kualitas bangunan serta lingkungannya. 

Meskipun lokasi – lokasi pinggiran kota lainnya dalam beberapa tahun ke depan akan berkembang dari segi sarana, prasarana, dan TOD nya, namun masyarakat tetap memikirkan jarak tempuh lokasi tersebut ke pusat kota.

Baca Juga: Lomba Kaligrafi MTQ ke 32 dipusatkan di Gedung Pemuda

“Masyarakat tidak ingin menghabiskan waktu 90 menit di dalam kereta atau commuter line untuk bisa sampai ke pusat kota,” paparnya 

“Sehingga itulah yang membuat harga rumah di Jakarta sangat tinggi, yaitu karena permintaan yang sangat banyak namun lahan yang ada tidak sebanyak permintaan tersebut” sambungnya 

Baca Juga: 75 Peserta Asal Sidrap dibekali Kemampuan Desain Kemasan Olahan Pangan

Nantinya ketika Jakarta sudah benar – benar tidak dapat menampung perumahan dan permukiman, pinggiran Jakarta menjadi tujuan akhir masyarakat untuk bertempat tinggal. 

Dengan begitu, harga rumah di pinggiran kota juga akan terus meningkat sesuai dengan permintaan dan sisa lahan yang ada.

Baca Juga: Soppeng Utus 46 Peserta di MTQ XXXII di Bone

Hj. Novita Wijayanti, menambahkan bahwa Permasalahan lain yang ada di perumahan dan permukiman di Indonesia ini adalah kurangnya lahan hijau. Seharusnya di setiap rumah yang ada di Indonesia ini dilengkapi dengan lahan hijau. 

“Mungkin ketika awal membangun, lahan hijau itu ada di area rumah, namun seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan ruang yang lebih besar semakin meningkat. Sehingga lahan hijau semakin berkurang, padahal lahan hijau ini menjadi salah satu elemen paling dasar dari sebuah permukiman,” tambah Novita Wijayanti.

***

Editor: Usman, S.Pd

Tags

Terkini

Terpopuler