Energi Pergaulan yang Melintas Batas

3 Februari 2023, 23:12 WIB
Foto Muhammad Sukron, ST, MT /Istimewa/Usman

Oleh: Muhammad Sukron, ST, MT (Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dan Mahasiswa Doktoral Universitas Padjajaran Bandung)

SUARA SOPPENG -- Sebagai salah satu elemen penting bangsa, kiprah dan kontribusi Pemuda Muhammadiyah sangatlah penting. Pemuda Muhammadiyah sejak kelahirannya 02 Mei 1932 telah mengisi detak nadi sejarahnya mengiringi perjuangan bangsa Indonesia. Umur 90 Tahun dan menjelang satu abad, kontribusi Pemuda Muhammadiyah cukuplah besar bagi umat dan bangsa Indonesia.

Namun demikian, pada umur yang semakin matang ini pula Pemuda Muhammadiyah harus terus melahirkan energi baru. Banyak tokoh bangsa menaruh harapan besar agar organisasi pemuda Islam modernis yang merupakan aset umat dan bangsa Indonesia ini terus bergerak, bertumbuh, dan semakin matang sebagai organisasi pemuda yang bisa memberi kontribusi nyata bagi masa depan umat dan bangsa Indonesia.

Tokoh bangsa sekaligus Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nasir, ketika Milad Pemuda Muhammadiyah 2022 lalu, memberi pesan penting agar Pemuda Muhammadiyah tidak banyak beretorika, namun betul-betul menunjukkan gerak nyata di akar rumput untuk menggerakkan kemandirian dan kemajuan kaum muda Indonesia.

Harapan yang serupa juga disampaikan oleh Ketua DPR RI, Ibu Puan Maharani bahwa “kehadiran Pemuda Muhammadiyah dalam setiap aspek pembangunan bangsa selalu dinanti”. Hal ini cukup beralasan, menggigat jumlah pemuda di Indonesia diperkirakan 65,82 juta pada 2022 lalu, setara dengan 24% dari total penduduk.

Baca Juga: Gerindra Masuk Mall, Prasetyawati Ajak Milenial Menangkan Prabowo

Artinya, untuk mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045 sangat ditentukan oleh penguatan kompetensi, jati diri dan kiprah para pemuda saat ini. Seperti yang dikatakan Menko PMK Muhadjir Effendy bahwa keberhasilan pembangunan pemuda menjadi salah satu kunci sukses dalam memanfaatkan bonus demografi.

Dalam konteks ini, Pemuda Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi pemuda Islam terbesar di Indonesia diharapkan terus mengambil peran penting dalam memanfaatkan bonus demografi tersebut melalui program-program aksinya yang lebih kontekstual atau Future Oriented.

Momemtum Muktamar XVIII Pemuda Muhammadiyah dengan mengangkat tema “Pemuda Negarawan Harmoni Memajukan Indonesia” di Balikpapan Kalimantan Timur pada 21-24 Februari 2023 mendatang merupakan momentum yang tepat bagi seluruh kader dan simpatisan Pemuda Muhammadiyah di seluruh tanah air untuk merefleksikan kembali visi perjuangan dan agenda-agenda nyata yang bisa menjawab persoalan yang dihadapi kader Pemuda Muhammadiyah maupun tantangan Indonesia saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pandangan penulis, untuk menghadirkan “Pemuda Negarawan Harmoni Memajukan Indonesia”, Pemuda Muhammadiyah perlu memompa energi pergaulan yang melintas batas, menguatkan energi kemandirian ekonomi, energi peneguhan Islam wasathiyyah, menghadirkan energi kebersamaan untuk saling asah, asih, asuh bukan sekedar slogan, menguatkan energi akademik, dan berkontribusi pada isu-isu krusial umat dan bangsa Indonesia diantaranya adalah masalah di bidang energi terbarukan yang selama ini hampir jarang dibicarakan oleh gerakan pemuda. Inilah yang penulis sebut sebagai Energi Baru Pemuda Muhammadiyah.   

Energi Pergaulan yang Melintas Batas

         Di antara karakteristik organisasi modernis dan progresif seperti Pemuda Muhammadiyah adalah sikap inklusifitasnya, termasuk dalam membangun interaksi dan pergaulan yang melintas batas-batas perbedaan agama, suku, ras, golongan dan bahkan perbedaan latar belakang politik. Sebagaimana Kiai Dahlan, ia merupakan sosok yang mampu bergaul melintas batas, beliau bergaul dengan tokoh-tokoh Boedi Oetomo, membangun interaksi dengan tokoh-tokoh yang berpandangan sosialis seperti Simaun, dan bahkan bekerjasama dengan dokter-dokter Belanda yang jelas-jelas Kristen dalam mengelola rumah sakit (PKO). Pergaulan Kiai Dahlan yang luas tersebut dalam pandangan Prof. Dr. Haedar Nasir, menunjukkan karakter kuat dari Kiai Dahlan sebagai sosok yang mau dan mampu bergaul dengan siapapun dan kelompok manapun.

Spirit pergaulan yang inklusif ini merupakan salah satu warisan Kiai Dahlan yang harus terus dirawat dan dimaknai dalam konteks kehidupan saat ini oleh seluruh kader Pemuda Muhammadiyah. Pergaulan yang melintas batas sudah menjadi watak organisasi modernis Muhammadiyah, sebagaimana dipertegas dalam sepuluh sifat Muhammadiyah disebutkan diantaranya bahwa kader Muhammadiyah harus “Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah (poin 2)” dan “Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT (poin 9).”

Karena itu, kader Pemuda Muhammadiyah saat ini dan di masa yang akan datang tidak perlu misalnya merasa canggung dan apalagi merasa berdosa jika membangun pergaulan yang melintas batas sepanjang itu semua dalam bingkai wata'awanu Alal birri wattaqwa, wala ta'awanu Alal Ismi Wal Udwan (saling bekerjasama dalam kebaikan bukan hal-hal yang mungkar).  Dalam pandangan penulis, untuk menjadi “Pemuda Negarawan” sebagaimana tema Muktamar di atas, maka energi memperluas dan memperkuat jaringan pergaulan merupakan suatu keniscayaan. 

Energi Peneguhan Islam Wasathiyah

         Wasathiyyah Islam atau moderasi beragama dalam terminologi yang digunakan kementerian agama merupakan karakter dasar ajaran Islam itu sendiri, karena itu pula menjadi karakter dari Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang setiap aktivitasnya berpegang pada Al-quran dan al-Hadits. Pada Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta 2022 yang lalu, Muhammadiyah kembali menegaskan jati dirinya sebagai gerakan Islam Berkemajuan yang diantara pilar-nya adalah Ummatan Wasathan (umat tengahan), yang mengandung makna unggul dan tegak. Dalam dokumen Risalah Islam berkemajuan Muhammadiyah disebutkan bahwa Islam itu sendiri sesungguhnya adalah agama wasathiyyah (tengahan), yang menolak ekstremisme dalam beragama baik dalam bentuk sikap berlebihan (ghuluw) maupun sikap pengabaian (tafrith).

Dalam pandangan Muhammadiyah, wasathiyyah menuntut sikap seimbang (tawazun) antara kehidupan individu dan masyarakat, lahir dan batin, serta duniawi dan ukhrawi. Karena Islam adalah agama wasathiyah, maka ia harus menjadi ciri yang menonjol dalam berpikir dan bersikap umat Islam, warga Muhammadiyah, dan terutama kader Pemuda Muhammadiyah. Wasathiyah dalam pandangan Muhammadiyah dapat diwujudkan dalam sikap sosial seperti; (1) tegas dalam pendirian, luas dalam wawasan, dan luwes dalam sikap; (2) menghargai perbedaan pandangan atau pendapat; (3) menolak pengkafiran terhadap sesama muslim; (4) memajukan dan menggembirakan masyarakat; (5) memahami realitas dan prioritas; (6) menghindari fanatisme berlebihan terhadap kelompok atau paham keagamaan tertentu; dan (7) memudahkan pelaksanaan ajaran agama.

Sebagai anak panah dakwah Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah harus terus meneguhkan jati dirinya sebagai penggerak dakwah wasathiyah Islam di Indonesia. Mengingat pemuda atau generasi Z saat ini dianggap sebagai kelompok yang rentan terinfiltrasi pemikiran ekstremisme, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri atau dalam istilah lain ultra-konservatisme dan ultra- liberalisme dalam beragama.

Dalam pandangan penulis, ke depan, Pemuda Muhammadiyah harus menguatkan energi dakwah Islam wasathiyah nya baik melalui pendekatan kultural maupun struktural melalui program-program dari tingkat pusat hingga daerah dan cabang di seluruh tanah air.

Energi Kebersamaan

Sebagai organisasi kader, kekuatan Pemuda Muhammadiyah sebagai organisasi modernis ada pada energi kebersamaannya. Kebersamaan di sini tidak berarti harus sama dalam pilihan politik, dalam berprofesi, bahkan dalam pemikiran. Kader Pemuda Muhammadiyah yang datang dari berbagai profesi dan latar belakang pilihan politik yang berbeda adalah potensi kekuatan untuk dakwah Pemuda Muhammadiyah itu sendiri.

Justru karena alasan perbedaan itulah kebersamaan dirajut. Selama ini terkesan kata “kebersamaan” bersifat simbolis semata. Kita ingin ke depan budaya saling “asah, asih, asuh” bukan sekedar slogan, tapi tindakan. Perbedaan-perbedaan yang ada, termasuk perbedaan dalam pilihan politik dapat disikapi dengan dewasa.

Untuk menghadapi realitas yang semakin kompleks, kader Pemuda Muhammadiyah harus merawat energi kebersamaan. Tanpa energi kebersamaan, sulit bagi kader Pemuda Muhammadiyah menjadi “negarawan” karena syarat menjadi negarawan adalah kematangannya dalam menyikapi perbedaan tanpa didominasi oleh sentimen-sentimen yang ada, terlebih sentimen golongan dan latar belakang politik.

Dalam pandangan penulis, energi kebersamaan harus terus dirawat, apa yang positif dibangun selama ini harus dijaga, dan apa yang dirasa perlu dijahit maka tidak ada kata terlambat untuk kembali menjahitnya dengan rapih dan indah. Energi kebersamaan ini memerlukan pula kesadaran bersama sehingga agenda-agenda keumatan dan kebangsaan kader Pemuda Muhammadiyah ke depan dapat pula diwujudkan secara bersama.

Energi Kemandirian Ekonomi

Kesadaran untuk membangun kemandirian ekonomi bagi kader Pemuda Muhammadiyah di seluruh tanah air seringkali muncul dalam setiap obrolan warung kopi hingga diskusi dalam seminar-seminar yang lebih serius. Keinginan untuk membangun kemandirian ekonomi bagi kader tersebut pada kenyataannya bukanlah hal yang mudah, setidaknya hingga saat ini upaya-upaya yang telah dilakukan belum menampakkan hasilnya yang signifikan.

Dalam pandangan penulis, untuk membangun kemandirian ekonomi kader harus berangkat dari by design yang diiringi dengan keseriusan untuk mewujudkannya bukan by accident. Upaya-upaya organisatoris dapat dilakukan, diantaranya misalnya dengan membukakan akses terhadap bantuan permodalan, peningkatan SDM dengan melakukan pelatihan atau studi banding ke usaha-usaha yang lebih sukses, mengkonsolidasikan praktisi pengusaha, kolaborasi usaha, pembinaan dan pendampingan UMKM yang dimiliki kader-kader serta upaya-upaya lain yang bisa mendorong terwujudnya kemandirian ekonomi kader.

Dalam membangun kemandirian ekonomi, kader Pemuda Muhammadiyah harus menguatkan energi berwirausaha karena berwirausaha merupakan karakter Muhammadiyah sebagaimana yang diwariskan Kyai Dahlan. Jika hal ini bisa dibangun, maka dengan sendirinya akan melahirkan energi kemandirian sehingga kader Pemuda Muhammadiyah dapat menghindarkan diri dari sikap-sikap pragmatisme.

Energi Akademik

Tradisi akademik di lingkungan kader Pemuda Muhammadiyah harus terus dijaga dan dikuatkan. Salah satu warisan tradisi akademik yang perlu terus dikuatkan tersebut adalah mendorong lebih banyak lagi kader Pemuda Muhammadiyah untuk menempuh studi magister dan doktor. Dalam 3 Dasawarsa terakhir, telah banyak pimpinan Pemuda Muhammadiyah baik di level wilayah-daerah dan terutama di level nasional sudah bergelar Doktor, bahkan tidak sedikit menjadi Profesor kendati mereka latar belakang profesinya sangat beragam mulai dari dosen hingga politisi. Namun demikian, kader-kader di daerah masih sedikit mendapat akses untuk menempuh studi lanjut, terutama pada level studi doktor.

Dalam pandangan penulis, tradisi yang baik ini perlu terus dikuatkan dengan adanya komitmen dan by design melalui program-program oleh pimpinan Pemuda Muhammadiyah sehingga kedepan lebih banyak lagi kader-kader Pemuda Muhammadiyah yang bisa menempuh studi magister dan doktor.

Penulis yakin dengan jaringan yang dimiliki oleh Pemuda Muhammadiyah, baik itu jaringan internal melalui Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) maupun jaringan eksternal dengan berbagai lembaga penyedia beasiswa di dalam dan luar negeri, jika dioptimalkan maka bisa mendorong lahirnya ratusan bahkan ribuan magister dan doktor dari kader Pemuda Muhammadiyah untuk 10-20 tahun mendatang.

Berkontribusi dalam Isu-isu Energi Terbarukan

Penguatan kaderisasi, tata kelola organisasi, dan gerakan dakwah adalah suatu keharusan bagi Pemuda Muhammadiyah. Namun, kehadiran Pemuda Muhammadiyah sebagaimana yang diharapkan banyak pihak juga harus memberi kontribusi nyata bagi kemajuan umat dan bangsa Indonesia. Selama ini tentu Pemuda Muhammadiyah tak diragukan lagi sudah melakukan banyak hal, melalui program-programnya pada berbagai isu kebangsaan, mulai dari persoalan politik, hukum, ekonomi, pendidikan, hubungan luar negeri, masalah buruh tani, hingga masalah kemaritiman.

Isu-isu penting di berbagai bidang ini harus terus digalakkan oleh Pemuda Muhammadiyah. Selain itu, dalam pandangan penulis, tantangan krusial yang dihadapi bangsa Indonesia di masa mendatang adalah masalah energi. Karena itu, Pemuda Muhammadiyah perlu mengambil bagian secara serius bersama elemen pemuda lainnya dan pemerintah dalam merespons tantangan di bidang energi ini.

Pemuda Muhammadiyah juga mendorong dan mendukung percepatan transisi energi untuk lebih mengoptimalkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai energi bersih dan ramah lingkungan yang sumbernya melimpah di Indonesia, mulai dari air, angin maupun langsung dari matahari. Sumber energi baru terbarukan (EBT) baru menempati 14,1% dari total bauran energi Nasional atau sekitar 15.914.094 MWh, sementara non energi baru terbarukan (EBT) masih menempati angka dominan yaitu 97.099.799 MWh atau sekitar 85,9% dari total kebutuhan Nasional yaitu 113.013.893 MWh (Data SILM PLN, 2020).

Beberapa kampus Muhammadiyah juga telah mempraktekkan hal tersebut. Universitas Muhammadiyah Malang misalnya, telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang telah menghasilkan listrik kurang lebih 180 kW dan mampu memenuhi kurang lebih 50 % kebutuhan listrik internal kampus. Sebagai entitas pemuda, tentu kita akan tiru kepeloporan Universitas Muhammadiyah Malang tersebut, kita akan duplikasi ke cabang maupun ranting Pemuda Muhammadiyah seluruh Indonesia sebagai bentuk komitmen kita atas kepedulian lingkungan dan keberlangsungan energi Nasional.

Kami berkeyakinan dengan sumber daya yang kita miliki tentu bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan Fakultas Teknik kampus – kampus Muhammadiyah dan pemerintah, kami yakin mampu berkontribusi atas percepatan transisi energi dalam rangka membangun kedaulatan energi Nasional.

Wallahu’alam. ***

Editor: Usman, S.Pd

Tags

Terkini

Terpopuler